Rabu, 18 Januari 2012

Gedong Juang 45 dan Ceritanya

Bekasi memiliki peran penting dalam perkembangan sejarah di Indonesia atau di Nusantara, baik itu sejarah Peradaban maupun sejarah Perjuangan kemerdekaan, juga sebagai sasaran strategi Pembangunan Nasional, selain gegrafisnya yang sangat strategis, Bekasi juga memiliki countur alam yang sangat  refresentatif, karna merupakan hamparan dataran dan memiliki beberapa kali besar, juga memiliki laut dan pantai

Dalam sejarah Peradaban, Bekasi memiliki sejarah berdirinya Kerajaan yang merupakan Kerajaan tertua di Nusantara, yaitu Kerajaan Taruma Negara yang mulai tercatat dalam sejarah sejak tahun 358 M, Taruma Negara, selain sebagai sebuah Pemerintahan dia juga meruapakan sebuah kilas peradaban kehidupan Manusia, pemikiran-pemikiran yang strategic dan visioner sudah terbangun pada masa itu,  hal yang masih dapat kita lihat dan kita saksikan sampai hari ini sebagai bukti dari visi dan pemikiran para raja- raja Taruma Negara adalah bentangan Kali Bekasi dan Kali citarum, yang dibangun sebagai kanal Banjir dan pengairan bagi persawahan penduduk pada masa itu, selain sebagai kanal banjir, Kali Bekasi  yang membentang dari  ujung babelan sampai Bogor, juga merupakan Kali yang dibangun secara Spektakuler, yaitu dibangun dalam waktu 21 hari oleh Raja Purnawarman pada sekitar tahun 417 M.

Dalam Sejarah Perjuangan merebut Kemerdekaan, Bekasi  juga memiliki andil besar dalam banyak pertempuran dan perlawanan untuk mengusir penjajahan baik Eropa (Belanda dan sekutu) maupun Asia (jepang), Banyak cerita sejarah terukir, banyak kenangan tertinggal, banyak Pahlawan Tampil dari Bekasi, juga banyak pejuang yang gugur, hal ini sampai menginspirasi seorang  Chairil Anwar  mengenang Bekasi dalam Puisinya “karawang- Bekasi “ .

Salah satu bukti peninggalan sejarah itu adalah yang hari ini kita berada didalamnya, yaitu gedoeng joeang 45 atau atau yang biasa orang Bekasi bilang gedong  juang Tambun, atau yang disebut juga oleh orang Tambun sebagai gedong tinggi, menurut sejarahnya gedung juang 45 dibangun pada tahun 1906 oleh seorang Tuan Tanah Cina bernama Kow Tjing Kie.

Ketika terjadi revolusi fisik, daerah Tambun dan Cibarusah menjadi pusat kekuatan pasukan republik Indonesia (RI). Gedung ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut menjadi saksi perjuangan rakyat Bekasi, saat terjadi revolusi kemerdekaan, garis demarkasi yang memisahkan daerah Republik Indonesia dengan daerah kekuasaan Belanda terletak didaerah Sasak Jarang atau dikenal oleh orang Tambun sebagai Sasak Bagong, sekarang menjadi perbatasan antara Kecamatan Bekasi Timur dengan Kecamatan Tambun Selatan dan menjadi perbatasan antara Kota dan Kabupaten Bekasi.
Setelah pasukan Belanda meninggalkan Bekasi. Gedung Juang ini dikuasai oleh seorang Tuan Tanah keturunan Cina bernama Kouw Oen Huy, dia adalah Tuan tanah yang berhasil menguasai ratusan hektare tanah di wilayah Tambun, bahkan dia juga memiliki perkebunan karet, lalu oleh Masyarakat ketika itu dia diberi gelar ‘Kapitaen’,dia tidak hanya menguasai tanah di wilayah Tambun saja, tapi juga sampai ke daerah Tekuk Pucung.
Tuan tanah Kouw Oen Huy, menguasai gedung  ini hingga 1942. Selanjutnya, pada tahun 1943, gedung bersejarah ini berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang hingga tahun 1945. Tentara Jepang, juga menggunakan gedung ini sebagai pusat kekuatannya dalam menjajah Indonesia.
Pada masa perjuangan kemerdekaan 1945, bangunan ini, diambil alih oleh Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk dijadikan sebagai Kantor Kabupaten Jatinegara. Pada masa itu, Bekasi dijadikan sebagai daerah front pertahanan, gedung ini juga berfungsi sebagai Pusat Komando Perjuangan RI dalam menghadapai Tentara Sekutu yang baru selesai perang dunia kedua.
Digedung ini juga terjadinya perudingan pertukaran tawanan perang, Lokasi pelaksanaan pertukaran tawanan sendiri dilakukan di dekat Kali Bekasi yang kini tidak jauh dari rumah pegadaian Bekasi. Banyak tentara Jepang meninggal dibantai dan dibuang di Kali Bekasi, membuat setiap tahun tentara Jepang selalu melakukan tabur bunga di kali yang membentang kota Bekasi ini.
Pada masa perjuangan fisik, Gedung ini dijadikan sebagai Pusat Komando Perjuangan RI, dan  selalu menjadi sasaran tembak pesawat-pesawat udara dan meriam Belanda, namun banyak keanehan yang terjadi pada gedung ini, ketika meriam Belanda dijatuhkan di atas bangunan tersebut, ternyata meriam itu tidak meledak.
Pada akhir 1947, Belanda menghianati perundingan Linggarjati, Belanda mengadakan aksi pertama yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda I, mengingat gedung ini merupakan markas dan juga basis pertahanan Tentara RI, maka tidak mengherankan bila di sekitar gedung ini sering terjadi pertempuran.
Gedung ini pernah di duduki Belanda/NICA hingga tahun 1949. Namun gedung ini kembali berhasil direbut oleh pejuang Bekasi pada awal 1950.
Setelah masa perjuangan merebut kemerdekaan, gedung ini mengalami berbagai perkembangan dan perubahan fungsi. Selain bangunan bersejarah, bangunan tersebut sering digunakan sebagai pusat aktivitas diantaranya.
Tahun 1950 setelah Tambun dikuasai lagi oleh Republik Indonesia, gedung ini diisi dan ditempati pertama sekali oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi.
Tahun 1951, di gedung ini sempat diisi oleh pasukan TNI Angkatan Darat Batalyon “Kian Santang”. Batalyon Kian Santang ini sekarang menjadi bagian dari Kodam III Siliwangi.
Bangunan yang berada di bagian timur Bekasi ini, juga sempat dijadikan sebagai tempat persidangan-persidangan DPRDS, DPRD-P, DPRD TK II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960.
Tahun 1962, kemudian gedung ini dibeli Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Ketika peristiwa Gerakan G 30S/PKI pecah, gedung ini juga sempat dijadikan sebagai penampungan Tahanan Politik (Tapol) PKI.
Juga pernah digunakan sebagai kantor Dinas Pertanian dan Dinas-dinas lainnya sampai akhir 1982.
Mengingat letaknya yang strategis, pada masa kepemimpinan Bupati Bekasi dijabat oleh Bapak H.Abdul Fatah, bangunan ini sempat dijadikan sebagai tempat perkuliahan bagi mahasiswa Akademi Pembangunan Desa (APD) yang merupakan cikal bakal pembangunan perguruan tinggi di Bekasi, dan kini dikenal dengan Universitas Islam 45 (Unisma).
Gedung ini juga sempat digunakan sebagai Kantor BP-7 dan Kantor Legiun Veteran. Tahun 1999, gedung ini juga pernah menjadi sekretraist Pemilu (PPD II) pada pemilu pasca Orde baru (1999) lalu menjadi kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Sekretarit Kantor Pepabri dan Wredatama. Kini gedung yang menghadap timur ini, menjadi kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kantor Tenaga Kerja Pemertintah Kabupaten Bekasi.
Diakhir tahun 90-an, Pemerintah Kabupaten Bekasi memutuskan membangun kantor Dinas Pasar yang menempati sudut halaman Gedung ini.

Sumber : http://denhilal.com/?p=336

0 komentar:

Posting Komentar